Transformasi Digital Perguruan Tinggi Bukan Tren Sesaat
Tuntutan kebutuhan masyarakat di bidang Pendidikan dan perkembangan teknologi menuntut perguruan tinggi untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan media digital. Terlebih di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini yang mengharuskan perguruan tinggi beradaptasi di segala lini kegiatannya. Namun sering terjadi kegagapan dalam hal ini sehingga pemanfaatan teknologi informasi dipandang hanya sebagai tren. Misalnya, kadang perguruan tinggi terjebak membangun website seadanya atau menyediakan Wi-Fi gratis untuk mahasiswa tanpa menyediakan konten khusus yang relevan dengan pembelajaran.
Pengadaan sarana dan prasarana teknologi informasi bukan sekadar prestise atau standar minimal yang memang harus ada tanpa mempertimbangkan tujuannya. Idealnya, perguruan tinggi benar-benar memahami problematika pendidikan saat ini dan menghadirkan teknologi informasi sebagai solusi sehingga dapat melakukan transformasi digital.
Transformasi Sarana dan Mindset
Transformasi digital dalam lingkup pendidikan tinggi bukan hanya berarti membangun infrastruktur digital. Namun lebih dari itu, transformasi digital adalah pembangunan sarana dan pengubahan mindset yang ditujukan untuk memenuhi berkembangnya kebutuhan mahasiswa serta sivitas akademik lainnya dalam membangun lingkungan pembelajaran yang saling terhubung.
Ini dilakukan dengan menggabungkan teknologi, layanan, dan sistem keamanan, yang dapat menciptakan pengalaman belajar kolaboratif, interaktif, dan dipersonalisasi. Transformasi digital adalah proses berkelanjutan yang mengedepankan inovasi dalam mengembangkan lingkungan pembelajaran tersebut.
Teknologi informasi dan media digital di masyarakat telah memberi berbagai manfaat, seperti:
- Meningkatkan kenyamanan dalam suatu aktivitas
- Mengurangi ketergantungan dan kendala terkait lokasi
- Meningkatkan ketersediaan informasi
- Memungkinkan komunikasi instan jarak jauh
- Mempercepat waktu pemrosesan suatu aktivitas
Manfaat-manfaat di atas baru memiliki nilai jika dibawa dalam satu arahan. Jika berbicara tentang transformasi digital untuk perguruan tinggi, arahan yang diperlukan adalah tujuan pendidikan tinggi saat ini. Jika hal tersebut telah jelas, barulah teknologi informasi dimasukkan ke dalam mindset atau paradigma pendidikan.
Tanpa arahan yang jelas, penggunaan teknologi tidak akan optimal. Benturan dengan sistem atau prosedur akademik atau administrasi yang ada tidak bisa dihidari. Hasilnya potensi teknologi tidak bisa dikeluarkan sesuai harapan. Pengguna, dalam hal ini sivitas akademik perguruan tinggi, menjadi antipati dengan inovasi teknologi yang diterapkan. Mereka akan lebih memilih metode konvensional karena teknologi dianggap ‘mubazir’ dan ‘gagal’ memenuhi kebutuhan.
Contohnya, perguruan tinggi membuat website e-learning untuk mahasiswa dan konten-kontennya telah disediakan sesuai kurikulum. Jika dosen tidak berpedoman pada materi di dalam e-learning tersebut dan tetap memberikan tugas, materi ajar, atau ujian hanya bersumber pada buku referensi yang telah ia gunakan sejak lama, maka mahasiswa tidak merasa perlu untuk mengakses e-learning.
Dalam kasus lain, pegawai tata usaha kampus diberikan software sistem administrasi kampus. Jika sistem birokrasi tidak disesuaikan dengan penggunaan software tersebut, misalkan selalu mengharuskan tanda tangan fisik untuk pengesahan dokumen, maka manfaat pengurangan lama proses birokrasi dan penghematan penggunaan kertas akan kurang terasa.
Karenanya, permasalahan yang ingin diselesaikan dengan teknologi informasi perlu dipahami terlebih dulu. Dengan kata lain, kita perlu memahami tantangan pendidikan tinggi saat ini dan membangun mindset yang tepat untuk menghadapi tantangan tersebut melalui pemanfaatan teknologi.
Tuntutan Pendidikan 4.0
Revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan industri digital, teknologi kecerdasan buatan, dan big data, mengakibatkan perubahan lansekap lapangan kerja. Perubahan yang cepat ini mengakibatkan ilmu yang didapat dari perguruan tinggi kadang menjadi tidak relevan dengan kebutuhan industri. Perguruan tinggi saat ini menghadapi tantangan yang unik untuk mempersiapkan sumber daya manusia masa depan yang belum pasti.
Seperti yang dikatakan oleh Richard Riley, Menteri Pendidikan Amerika Serikat pada era Bill Clinton, bahwa kita akan menyiapkan mahasiswa untuk menghadapi bidang kerja yang belum tercipta, dengan menggunakan teknologi yang belum ditemukan, untuk merumuskan solusi dari masalah yang belum diketahui.
Dunia pendidikan perlu bertransformasi menuju Pendidikan 4.0. Dalam Pendidikan 4.0, transfer pengetahuan tidak menjadi prioritas. Proses pendidikan lebih bertujuan untuk menumbuhkan sense of curiosity yang akan mendorong mereka terus belajar mengembangkan pengetahuan serta keterampilan.
Soft skill menjadi lebih relevan. The Economist memaparkan bahwa terdapat 10 soft skill utama yang dibutuhkan dalam dunia kerja saat ini. Namun ada 4 yang dapat diprioritaskan sebagai output dalam Pendidikan 4.0 yaitu: kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, dan kreatif.
Dengan demikian, transformasi digital perlu difokuskan untuk mengakomodir transformasi pendidikan ini. Tools dan aplikasi digital tidak diletakkan begitu saja di atas sistem pendidikan tradisional, tapi dipergunakan untuk membantu membangun pendekatan pendidikan baru.
Blended Learning dan Flipped Classroom
Salah satu kesalahan dalam melakukan transformasi digital di bidang pendidikan adalah tidak menerapkan blended learning. Blended learning ini adalah pendekatan pendidikan yang menggabungkan pembelajaran online dengan pembelajaran tradisional. Jadi tidak hanya mengandalkan materi yang tersedia secara digital dan teknologi komunikasi jarak jauh, blended learning juga menekankan pentingnya bimbingan dosen di ruang kelas.
Salah satu metode blended learning yang banyak dikenal adalah flipped classroom. Jika pada metode pembelajaran tradisional dosen mengajarkan materi di kelas dan mahasiswa mengerjakan tugas di rumah, maka pada flipped classroom, urutan pembelajaran ini dibalik. Mahasiswa mempelajari materi baru secara mandiri dan mengerjakaan tugas di kelas dengan bimbingan dosen.
Peran teknologi dalam pendekatan ini memungkinkan mahasiswa untuk memiliki kendali atas kecepatan, waktu, dan tempat belajar. Contohnya, jika terdapat materi online berupa video, mahasiswa dapat melakukan pause atau rewind, sehingga materi dapat dicerna sesuai dengan kemampuannya. Mahasiswa yang dituntut untuk membuat pertanyaan mengenai materi tersebut juga akan lebih terbantu untuk mengembangkan sikap kritis.
Karena penyampaian materi sudah dilakukan oleh mahasiswa secara mandiri, maka kelas menjadi ruang diskusi agar mahasiswa dapat menanyakan bagian dari materi yang sulit mereka pahami. Dosen menjadi pembimbing mahasiswa secara personal sesuai dengan kemampuan masing-masing mahasiswa. Tugas dapat dikerjakan secara berkelompok di dalam kelas sehingga mahasiswa terkondisikan untuk belajar berkolaborasi dan berkomunikasi.
Terdapat pula metode project based learning yang mengemas keseluruhan materi dan tugas dalam proyek kelompok berdasarkan skenario ril di masyarakat. Metode ini dapat dibantu penyampainnya lewat perangkat lunak, misalnya untuk memberikan penjelasan skenario secara interaktif atau sebagai platform pengumpulan tugas. Tujuannya adalah melatih problem solving mahasiswa secara kreatif.
Tahapan Menuju Sistem Terintegrasi
Pendidikan 4.0 dengan penerapan teknologi informasi dalam proses pembelajaran mungkin masih terlalu jauh bagi banyak perguruan tinggi. Namun hal tersebut perlu dijadikan sebagai gambaran ideal penggunaan teknologi dalam pendidikan dan suatu saat kita perlu mencapainya. Pendidikan 4.0 menjadi tujuan dari strategi besar yang perlu dibuat sebelum melakukan transformasi digital. Hal-hal lain seperti sistem informasi perguruan tinggi dan infrastruktur dikembangkan sebagai pendukung dari sistem pendidikan yang dituju tersebut.
Kunci transformasi digital ada pada kepemimpinan dalam perguruan tinggi yang memiliki visi serta strategi. Untuk membantu mengembangkan strategi transformasi digital di perguruan tinggi, tahapan-tahapan berikut ini dapat diikuti:
- Hubungkan setiap elemen perguruan tinggi untuk mendukung perkembangan teknologi digital. Buat kerjasama strategis dan bangun ekosistem yang menghubungkan sivitas akademik, proses-proses, dan perangkat infrastruktur untuk mengembangkan jaringan komunikasi yang mumpuni, berperforma tinggi, dan aman.
- Implementasikan perangkat analitik untuk melakukan otomasi dan mengawasi penggunaan sumber daya, baik infrastruktur maupun keuangan. Gunakan data nyata yang real-time untuk membuat inisiatif strategis yang dapat meningkatkan performa, menyediakan upgrade sistem, dan membuat keputusan terkait infrastruktur.
- Kembangkan secara bertahap model-model bisnis baru dalam perguruan tinggi selain menyediakan perkuliahan. Model bisnis freemium dan layanan-layanan on-demand lebih terjangkau, lebih fleksibel, dan lebih mudah dikelola daripada model bisnis tradisional. Model bisnis baru ini juga bisa jadi pendukung untuk model bisnis utama dalam perguruan tinggi.
- Satukan semua layanan dalam satu platform yang sederhana. Baik platform custom yang dibangun secara lokal di lingkungan kampus ataupun platform pihak ketiga yang disediakan lewat layanan cloud computing, tujuan utama dari strategi transformasi digital ini adalah untuk menyediakan platform tunggal sebagai fondasi dari infrasturktur jaringan dan komunikasi.
Transformasi digital adalah proses panjang yang memerlukan perencanaan matang serta visi kepemimpinan yang memahami kebutuhan dunia yang berubah dengan cepat. Perguruan tinggi sebagai institusi keilmuan diharapkan dapat berada di garda terdepan dalam transformasi ini untuk mendorong transformasi digital di berbagai bidang di masyarakat.
Referensi:
https://lldikti5.ristekdikti.go.id/assets/thirdparty/filemanager/source/Akademik%20dan%20Kemahasiswaan/Kegiatan%202019/Google%204%20Edu/Perguruan%20Tinggi.pdf
https://www.al-enterprise.com/-/media/assets/internet/documents/digital-transformation-faq-en.pdf
https://www.cae.net/why-digital-transformation-is-a-vital-priority-for-educational-institutions-today/
This post has already been read 22619 times!
Bagaimana perguruan tinggi dapat memastikan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan media digital tidak hanya dianggap sebagai tren semata, tetapi juga benar-benar menjadi solusi untuk memenuhi tuntutan kebutuhan pendidikan masyarakat di era yang semakin terdigitalisasi, terutama dalam konteks adaptasi pada masa pandemi Covid-19?