Fakta, Tingkat Keberhasilan Implementasi SIAKAD 4.0 Cloud Suteki Mencapai 100%
SIAKAD 4.0 Cloud rupanya telah menjadi solusi efektif dan sangat disukai oleh pihak yayasan dan pimpinan perguruan tinggi di Indonesia, ini terbukti dengan animo pengguna SIAKAD versi lama Suteki dan juga user baru yang tinggi dengan solusi yang diberikan Suteki Technology tersebut.
Fakta menarik lain dari SIAKAD 4.0 Cloud yang diluncurkan sejak pertengahan tahun 2018 lalu adalah tingkat keberhasilan implementasinya mencapai 100%, hingga saat ini dari puluhan perguruan tinggi yang telah menggunakan SIAKAD 4.0 Cloud belum terdapat keluhan ataupun kendala signifikan untuk implementasi di masing-masing kampus. Apalagi gagal implementasi.
Di dunia Teknologi Informasi, khususnya pengembangan dan implementasi software sistem informasi, sudah bukan rahasia umum lagi bahwa tingkat kegagalan pengembangan software dan implementasinya sangat tinggi (ini berarti tingkat keberhasilannya rendah). Tingkat kegagalan proyek sistem informasi termasuk paling tinggi dibandingkan dengan proyek lainnya (Yeo, 2002).
Definisi kegagalan proyek sistem informasi (SI) biasanya mengacu kepada proyek SI tidak di implementasikan atau dibatalkan dan proyek telah selesai akan tetapi tidak sesuai dengan tujuan proyek (Jørgensen, 2014). Menurut Project Management Institute (2004), kegagalan proyek sistem informasi adalah melebihi anggaran, melebihi waktu yang ditentukan dan tidak sesuai dengan tujuan proyek.
Pada Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2018 (SENTIKA 2018) ISSN: 2089-9815 Yogyakarta, 23-24 Maret 2018, Rudi Dwi Apriyanto dan Hanson Prihantoro Putro memaparkan makalah dengan judul TINGKAT KEGAGALAN DAN KEBERHASILAN PROYEK SISTEM INFORMASI DI INDONESIA
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kegagalan dan keberhasilan proyek sistem informasi di Indonesia ini dilakukan terhadap 110 proyek sistem informasi, target responden yang pernah terlibat pengembangan proyek sistem informasi di berbagai kota di Indonesia. Penelitian ini mengungkapkan bahwa hanya 27% proyek sistem informasi yang terselesaikan sesuai anggaran, tepat waktu dan telah dievaluasi oleh pengguna. Sisanya 55% bermasalah dan 18% dibatalkan.
Sumber: https://fti.uajy.ac.id/sentika/publikasi/makalah/2018/48.pdf
Lalu , kenapa tingkat keberhasilan implementasi SIAKAD 4.0 Cloud oleh Suteki Technology bisa mencapai 100% ? Apa rahasianya?
Mungkin ini bukanlah rahasia, atau setidaknya telah menjadi rahasia umum. Pada artikel ini kami akan coba paparkan beberapa faktor utama tingkat keberhasilan implementasi tersebut.
1. Pengalaman
Sistem Informasi Akademik (SIAKAD 4.0) dikembangkan oleh Suteki Technology yang telah berpengalaman dan konsisten mempelajari kebutuhan manajemen di perguruan tinggi selama 15 tahun (sejak 2004). Sejak sistem pelaporan perguruan tinggi ke DIKTI berupa laporan EPSBED (Evaluasi Program Studi Berdasarkan Evaluasi Diri), hingga saat ini Pelaporan PD-DIKTI Feeder.
Variasi tipe perguruan tinggi yang dihandle berupa kampus negeri dan swasta, kampus besar dan juga kampus kecil menengah yang cukup signifikan perbedaan kemampuan untuk menerapkan SOP (Standard Operating Procedure). Kampus yang telah mapan cenderung menerapkan SOP yang lebih ketat/strict, sementara kampus kecil menengah sering membutuhkan fitur yang lebih fliksibel pada SOP nya dalam berbagai aspek seperti aturan akademik, keuangan, dan lain-lain.
Hal ini membuat pengetahuan dan pengalaman tim pengembang aplikasi SIAKAD menjadi lebih beragam dan mendetil. Bagaimana membuat aplikasi yang sangat fleksibel namun tetap menerapkan tata kelola perguruan tinggi yang baik tentu merupakan kelebihan tersendiri bagi tim pengembang SIAKAD 4.0 Cloud.
Faktor ini sangat signifikan menekan resiko kegagalan pengbangan dan implementasi SIAKAD di perguruan tinggi.
2. Biaya Pengembangan Sisem Informasi
SIAKAD 4.0 Cloud bisa langsung diimplementasikan di perguruan tinggi dengan biaya sangat terjangkau (murah / hemat). Kampus tidak perlu membentuk tim pengembang software lengkap serta melakuan seluruh proses SDLC.
Hanya dengan biaya setara gaji 1 (satu) orang, kampus bisa langsung menggunakan aplikasi yang telah dikembangkan secara serius oleh tim berdedikasi tinggi. Dan juga kampus tidak perlu pusing lagi memikirkan manajemen server dan system administrator server, karena semua sudah termasuk dalam layanan Cloud Server.
Biaya pengembangan memang bukan termasuk faktor teknis, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor biaya menjadi salah satu faktor besar kegagalan pengembangan dan implementasi sistem informasi.
Pengembangan dan implementasi sistem informasi yang baik dalam berbagai aspek (fitur, UI/UX, integrasi, keamanan, kemudahan untuk dikembangkan lebih lanjut, infrastruktur, manajemen server, dll) sudah pasti membutuhkan anggaran dana yang besar. Ada banyak tahapan SDLC (Software Development Life Cycle) yang harus dikerjkan dengan sangat serius oleh orang-orang berkompeten yang itu gajinya tidak kecil.
Tak jarang pengembangan dan implementasi sistem informasi akademik yang telah menghabiskan anggaran ratusan juta hingga milyaran rupiah berakhir dengan kegagalan. Bahkan hal itu bisa terjadi beberapa kali di perguruan tinggi yang sama. Telah melakukan beberapa kali pengembangan sistem informasi, menghabiskan biaya besar dan waktu lama, pada akhirnya tetap tidak dapat digunakan secara optimal.
Bagaimana dengan perguruan tinggi yang tidak begitu beruntung bisa memiliki anggaran yang besar ? Jika dikembangkan secara mandiri tentu saja kemungkinan gagalnya lebih besar, walau tidak tertutup kemungkinan berhasil. Namun lazimnya fitur-fitur yang berhasilkan sangat terbatas dan tidak terinegrasi dengan baik antar modul pada aplikasi.
3. Kekuatan Fitur SIAKAD 4.0 Cloud
Fitur yang lengkap serta penanganan berbagai kasus / kebutuhan operasional harian yang mendetil membuat kampus dengan nyaman tinggal menggunakan berbagai fitur yang telah ada, sangat minim permintaan untuk kustomisasi pada SIAKAD 4.0 Cloud.
Walaupun secara garis besar proses bisnis di berbagai perguruan tinggi bisa dikatakan sama, namun secara mendetil setiap kampus bisa memiliki regulasi sendiri yang berbeda-beda. SIAKAD 4.0 Cloud mampu menangani sebagian besar keberagaman regulasi tersebut dengan baik.
4. Kampus Pasti Untung
Ya, kampus pengguna SIAKAD 4.0 Cloud pasti diuntungkan. Selain membantu kemudahan pekerjaan dan koordinasi berbagai bidang di perguruan tinggi, biaya penggunaanya yang murah meriah, ternyata SIAKAD 4.0 Cloud juga dapat menghemat berbagai biaya operasional rutin.
Salah satu efisiensi biaya yang sangat signifikan bisa dilakukan SIAKAD 4.0 Cloud dari pembentukan kelas kuliah yang sangat optimal. SIAKAD 4.0 Cloud mampu mengantisipasi penggunaan ruang kelas kuliah yang tidak efisien.
Efisien pada penggunaan ruangan kelas akan berpengaruh sangat besar dari sisi biaya operasional, terutama bagi perguruan tinggi yang kampusnya terletak di kota besar seperti Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, Makassar, Palembang, dan lain-lain. Bagaimana caranya ? Ini bisa Anda konsultasi dan diskusikan langsung dengan tim Suteki
Belum lagi jika ditinjau dari aspek peningkatan kinerja pegawai secara sangat signifikan, penghematan kertas, kemudahan koordinasi, kecepatan kerja dan lain-lain.
5. Tidak Repot Mengurus Server
Cloud Server membuat berbagai kendala yang sering dihadapi oleh perguruan tinggi yang tidak memiliki tim IT yang kuat dan banyak menjadi berkurang satu masalah besarnya dalam mengurus server, backup data, keamanan data dan lain-lain.
SIAKAD 4.0 Cloud membuat civitas academica bisa dengan nyaman menggunakan berbagai fitur yang ada tanpa kampus harus pusing memikirkan penanganan server, listrik padam, koneksi internet putus dan lain-lain. Semua sudah ditangani oleh tim DevOps yang sangat berkompeten.
6. Support Pelaporan PD DIKTI Feeder
Pelaporan rutin PD DIKTI Feeder adalah suatu kewajiban bagi seluruh perguruan tinggi. Bagi kampus yang telah menggunakan aplikasi Sistem Informasi Akademik Kampus, tentu tidak ingin melakukan pekerjaan berulang dengan mengisi data laporan Feeder secara manual.
SIAKAD 4.0 Cloud juga menyediakan fitur sinkronisasi data otomatis dari SIAKAD 4.0 ke data Feeder. Tidak perlu repot entri manual dan pekerjaan berulang.
Lho… bukannya hanya 1 aplikasi saja yang bisa sinkronisasi otomatis ke Feeder?
Kata siapa ?!, Ya nggak mungkinlah DIKTI membuat aplikasi yang eklusif sementara di Indonesia terdapat 5000+ perguruan tinggi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
7. Terus Berkembang
Tak kalah pentingnya, fitur dan teknologi aplikasi SIAKAD 4.0 Cloud terus diperbaiki dan berkembang dalam berbagai aspek, seiring perkembangan zaman dan teknologi.
Terbaru, SIAKAD 4.0 Cloud telah dilengkapi dengan mobile apps android CIVITAS yang bisa langsung digunakan oleh mahasiswa kampus pengguna SIAKAD 4.0 Cloud tanpa dikenakan biaya sepeserpun.
Aplikasi CIVITAS yang dilaunching pada 11 Maret 2020 tersebut mendapat apresiasi yang sangat baik dari mahasiswa, hingga tulisan ini ditulis telah didownload oleh 8000+ mahasiswa dengan rating 4,9 dari 5.0 dan mendapat ulasan positif dari pengguna aplikasi CIVITAS.
Kami sangat memahami bahwa ini baru permulaan, ada banyak pekerjaan pengembangan lebih lanjut yang perlu dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendetil untuk dapat memberikan yang terbaik bagi civitac academica.
This post has already been read 13688 times!